Selasa, 18 Juni 2013

SEJARAH BURUNG GARUDA



SEJARAH BURUNG GARUDA 
Cerita Sang Garuda
         Resa Kesyapa, ia beristri 14 orang gadis dan dari 14 orang istrinya ada 2 orang istrinya yang belum di beri keturunan,dia bernama Dewi Winata dan Dewi Kodru.
         Pada suatu hari 2 istrinya tersebut memohon kepada suaminya agar di karuniai anak atau keturunan. Dewi Kodru meminta 1000 anak dan Winata meminta 2 anak, Winata meminta agar 2 anaknya tersebut kelak kesaktiannya melebihi 100 anak Dewi Kodru.
         Setelah 5 tahun menetaslah anak Dewi Kodru yang berwujud naga. Dewi Winata merasa hatinya was – was karena anaknya belum menetas juga. Dan setelah melihat telur Dewi Kodru menetas semua. Dewi Winata memecah salah satu telurnya yang di beri oleh suaminya tetapi telur itu baru saja setengah jadi anya kepalanya saja yang sempurna.
         Maka marahlah anak tersebut dan mengutuk ibunya ketika para Dewa menyuruh Kutanisih untuk mencari air kehidupan, munculah seekor kuda yang sangat bagus (cantik) dari dasar laut menurut berita kuda tersebut berwarna putih. Itu kata Dewi Winata, tetapi menurut Dewi Kodru kuda tersebut eokrnya berwanra hitam.
Maka jadilah perselisihan antara Dewi Kodru dengan Dewu Winata, perselisihan tersebut di menangkan oleh Dewi Kodru dan karena Dewi Winata merasa kalah dalam perselisihan tersebut maka Dewi Winata mendapat suatu penderitaan , penindasan dan perbuatan dari Dewi Kodru.
         Dalam penyiksaan itu lahirlah anak Dewi Winata dari telur yang tinggal sebutir ialah “Sang Garuda” Sinar sang Garuda seperti api dan memancarkan sinar memenuhi angkasa di segala penjuru.
Datanglah sang Garuda ke tempat  ibunya untuk menghambakan dirinya kepada Dewi Kodru. Dewi Winata di suruh untuk menjaga rumah Dewi Kodru dan sang Garuda disuruh untuk menjaga anak – anaknya, pada saat naga – naga bersukaria karena turunnya hujan, sang Garuda hilang kesabaran karena naga – naga tersebut banyak tingkah laku di tangkap satu naga itu dan dimakan nya.
Atas petunjuk sang ibunda, sang garuda menanyakan kepada sisa para naga apakah penebusnya agar ibunya bebas dari perbudakan mereka. Sang Garuda disuruh  air penghidupan sebagai penebus ibunda. Pergilah sang Garuda di pulau Sangka tempat air kehidupan Bera Genderuwo, Dewa Rusia menjaga di bagian Barat dan Serdadu Yono di bagian utara, di jaga Sang Hiyang adiknya termasuk Sang Hiyang India.
Dengan di dahului angin Sinar kilat dan debu datanglah Sang Garuda di tempat itu suasana menjadi gelap seperti di tutup mendung membuat para Dewa tidak bisa melihat. Datang Dewa Bayu menghapus awan mendung sampai suasana menjadi terang kembali setelah suasana menjadi terang kembali, terlihatlah sang Garuda terbang dengan gagah perkasa dan para Dewa pun langsung mengkroyok sang Garuda.
         Tetapi sang Garuda tersebut dapat mengalahkan semua para Dewa di situ dan mengambil serta membawa air penghidupan tersebut, terbanglah sang Garuda dari tempat itu dan sebelum jauh datanglah Batara Wisnu untuk mencegahnya dan berkata “ Hai Garuda kalau kau menginginkan Amerta mintalah kepadaku, engkau akan kuberi“.  Garuda mengayut dan berkata tak layak kau memberi aku, karena engkau dibawah aku. Batara Wisnu menyambung, benar katamu itu Garuda tidak salah tidak usah bertengkar. Baiklah aku perintahkan padamu sekarang aku minta kamu menjadi berderaku.
                Berfikir sang Garuda awalnya tidak mau tetapi ia tukut kalau ia bohong dan akhirnya ia mau. Setelah itu garuda membebaskan kemerdekaan ibunyadari perbudakan Dewi Kodru sang Garuda berbahagia di surga. Damai sejahtera, dan selamatlah orang – orang yang mendengarnya

Sejarah Cirebon



Sejarah Lahirnya Kota Cirebon
         Sejarah kota Cirebon erat hubungannya dengan perkembangan pejajaran, menurut babad tanah Jawa dan babad tanah Sunda. Babad tanah Cirebon menceritakan bahwa raja Pejajaran yaitu Sriratu Dewasa Wiseja. Yang dikenal dengan Sri Maha Prabu Siliwangi yang beristri 3 orang yaitu Ambet Kasi, Ali Budaya dan permaisuri Ratu Subang Larang. Seluruh anak Prabu ada 40 orang. Dari Ratu Subang Larang memilikin3 keturunan, yaitu :
-          Raden Walangsungsang
-          Nyi Rarasantang
-          Raden Kian Santang
Kala itu Walangsungsang berkata pada sang ayah bahwa ia mendapat mimpi untuk disuruh berguru dan belajar syari’at islam. Sang Prabu yang beragama hindu menjadi murka karena anaknya di anggap menantang. Maka di usirlah, Walangsungsang bahagia keluar istana karena tekad yang besar Walangsungsang keluar istana. Setelah itu berapa tahun kemudian Ratu Mas Rrasantang keluar dari istana untuk menyusul kakaknya.
Di lereng gunung Merapi Walangsungsang bertemu dengan Sang Hiyang Danuarsih dan disuruh kepuncak Merapi dan di nikahkan dengan putrinya yang bernama Nyi Mas Indang Ayu (1422) waktu itu Walangsungsang berumur 25 tahun.
Sementara Nyi Mas Rarassantang yang menyusul kakaknya bertemu dengan Nyi Indang Ayu Sakti dan diberi petunjuk agar kegunung Liwang menemui Ajar Sakti. Oleh Ki Ajar Sakti di beri petunjuk untuk kegunung Merapi. Setelah berkumpul Ki Danurasih menyurh mereka untuk mengembara mencari guru Islam. Lalu mereka bertiga sama – sama mencari, sebelum berangkat mereka diberi wejangan dan ilmu kesaktian dari banyak guru di gunung cangkak. Oleh Sang Hiyang Bangau mereka di anjurkan berguru kegunung Jati kepada Syek Nur Jati. Oleh Syek Nur Jati, Walangsungsang di beri nama Samadullah dan di izinkan membangun permukiman Yng di mulai hari ahad kliwon tanggal 1 bulan Suro.
Kemudian mereka bertiga menuju ke pantai ke arah Selatan dan belok ke barat ke daerah Lemah Wungkuk dan menginap di rumah Ki Gede Alang – Alang. Setelah menyampaikan maksudnya, mereka di angkat menjadi anaknya dan Walangsungsang di beri nama Cakra Buana di hari Ahad ia mulai membuka hutan untuk di tanami Palawija serta disuruh menangkap rebon (udang kecil) serta di tumbuk menjadi trasi.
Hasil bumi dijual pada tengkulak di Palimanan banyak masyarakat yang tertarik menjadi penduduk baru di permukiman Cakra Bumi : dari daerah itu dikenal rebon dan trasinya. Pada waktu bekerja banyak yang mengucap kata “oge – oge” geura bebek (cepat – cepatlah ditumbuk). Maka didaerah itu dikenal dengan nama Grage. Prabu Raja Galuh menyuruh mentri Pepeti untuk mencatat jiwa kampung baru itu. Dan menetapkan pajak sepikul tumbukan rebon. Pada tahun 1447 m Ki Mentri Pepeti memberi nama Dukuh Cirebon dan ditetapkan kuwu Cirebon adalah Ki Gede Alang – Alang dan Cakra Bumi sebagai wakilnya, namun beberapa tahun kemudian Ki Gede Alang – Alang wafat maka di gantikan oleh Cakra Bumi dengan Gelar Cakra Buana.
Karena banyak yang terjadi menurut kehendak Allah SWT, maka penduduk menjadi masuk Islam. Lalu Cakra Buana, Nyi Mas Indang Ayu dan Nyi Mas Rarasantang di anjurkan ke negara Cempe untuk memperdalam ilmu syariat Islam. Di Cempe mereka diterima Syek Maulana Ibrahim dan dianjurkan pergi ke Baitullah ketika di Mekkah Nyi Mas Rarasantang bertemu dengan jodohnya yaitu Sultan Mesir Maulana Mahmud Syarif Abullah Yng belum lama istrinya meninggal. Nyi Mas Rarasantang di nikahi dan berganti nama menjadi HJ. Sarifah Mudaim.
Dan Cakra Buana (H. Abdul Iman) pulang ke Gunung Jati dan menjabat sebagai kuwu Cirebon kembali. Ketika tahun 8 m Syarifah Mudaim melahirkan bayi laki – laki yang sangat elok sekali dan diberi nama Sarif Hidayatullah. Dan pada tahun 1950melahirkan Syarif Natullah.
Melalui perjalanan hidupnya Syarif Hidayatullah di kenal sebagai wali yakni Sunan Gunung Jati. Sejak tahun 1959 m. Cirebon menjadi negara Islam dan pangeran Cakra Buana bersemayam di pekung wati yang di bangun 1452 m.
Pemegang buku sejarah asli Cirebon adalah Pangeran Raden Sulaiman Sulanden Diningrat anak dari Baridin.
 Nama buku itu yaitu buku petang yang isinya:
1.       Dua kalimat syahadat.
2.       Ilmu – ilmu masyarakat Cirebon. Termasuk ilmu batin dan pengetahuan.
3.       Hukum peradaban masyarakat Cirebon.
4.       Mengenai sejarah asli Cirebon.


Nama – nama 9 wali penyebar Islam di tanah Jawa:
1.       Sunan Kalijaga.                  6.  Sunan Giri.
2.       Sunan Kudus.                    7.  Sunan Ampel.
3.       Sunan Muria.                     8.  Sunan Drajat.
4.       Sunan Gresik.                    9.  Sunan Gunung Jati.
5.       Sunan Bonang.
Dalam penyebaran agama Islam Wali Songo berpedoman 4 dasar inti Sari:
1.       Serikat.                 2.  Hakikat.          3.  Taro’at.           4.  Makriat.
Tempat – tempat kunjungan di kota Cirebon:
-          Keraton Kesepuhan.
-          Keraton Kekanoman.
-          Keraton Kecirebonan.
-          Pugepon Keprahonan.
-          Istana Sunan Gunung Jati.
-          Masjid Agung Kesepuhan.
-          Masjid Panjunan/bata merah.
-          Pedati Ki gede Alang – alang.
-          Taman Ade Irma.
-          Muara Jati.
-          Danau Situ Patok.
-          Bandara panggung (sekarang Lap. Cakra Buana).
-          Pelangon.
-          Pelabuhan Kejawanan.
Minuman khas Cirebon:
-          Bandrek.              -  Teh poci.
-          Bajigur.                 -  Es kelapa Muda.
-          Sekoteng.            -  Sirup.
Kerajinan khas Cirebon:
-          Batik Trusmi.                      -   Topeng.
-          Wayang kulit.                     -   Sandal Barepan.
-          Wayang Golek Cepak.
Seni Pentas Cirebon
-          Sintren.                                -   Tarling.                             -   Cemplungan.
-          Lais.                        -   Genjring Akrobat.       -   Seni membaca.
-          Kuda lumping.   -   Berokan.
Seni Karawitan Lokal/Non Lokal
-          Seni Gamelan Keraton.                  -    Lagu Dolanan.
-          Seni Dolanan Kelenteng.               -    Lagu Pupuh.
Seni Tari
-          Tari Budaya.                        -    Tari Topeng.
-          Tari Wayang Orang.         -    Jaipongan.

Senin, 17 Juni 2013

Arti Lambang dan Bagian-Bagian Teratai



Arti Lambang Paskibra

Lambang Paskibra adalah bunga teratai. Karena bunga teratai hidup di air dan di tengah danau artinya Paskibra hidup di sekolah di tengah lingkungan pendidikan. Bunga teratai dibilang maha suci dan memiliki arti sakral untuk dijadikan lambang paskibra dan seorang pemimpin bangsa.kenapa teratai di bilang suci, karena hidup ditengah danau dan jarang di jamat manusia. Oleh karena itu di dalam bunga teratai sendiri terdapat makna atau arti bagi para pemuda dan pemudi Indonesia yang baru tumbuh dari bawah.



Bagian – bagian teratai
-          3 buah kelopak bunga yang menjulang keatas bermakna anggota paskibra disiplin, aktif dan gembira.
-          3 buah kelopak bunga yang mendatar bermakan anggota paskibra itu belajar, berbakti dan bekerja.
-          Tangkai bunga teratai bermakna bahwa anggota paskibra itu muncul dari ketidaktahuan menjadi tahu.
-          Warna hijau melambangkan perintis pemuda.

Mata Rantai
Mata rantai terdiri dari lingkaran di belah ketupak yang berarti persatuan, kesatuan dan kekeluargaan. Belah ketupak bemakna anggota paskibra putra yang berjumlah 16 orang dan lingakaran bermakna aggota paskibraka putri yang menandakan arah mata angin.maksudnya adalah bahwa anggota paskibraka terdiri dari putra dan putri yang berasal dari bebagai daerah di nusantara dan saling bersatu (16 belah ketupat dan 16 mata rantai) yang artinya persatuan dan kesatuan seluruh pemuda dan pemudi bangsa Indonesia yang tergabung dalan satu ikatan yaitu Paskibraka.